Daftar Isi
Topline
Bank sentral Rusia pada hari Senin menaikkan suku bunga lebih dari dua kali lipat menjadi 20% karena rubel, mata uang negara, merosot sepanjang waktu terendah hampir 118 terhadap dolar AS dalam perdagangan lepas pantai menyusul serangkaian sanksi barat yang ketat terhadap negara itu di tengah invasinya ke Ukraina.
Fakta-fakta kunci
Menurut Bloomberg, rubel merosot ke level terendah sepanjang masa di 117,93 terhadap dolar setelah pasar dibuka pada hari Senin, sebelum akhirnya stabil di sekitar 102.
Ini menunjukkan penurunan besar-besaran untuk mata uang Rusia, yang nilainya mencapai 83,75 terhadap dolar ketika pasar ditutup pada hari Jumat.
Bank sentral juga mengumumkan akan membebaskan 744 miliar rubel ($7,2 miliar) cadangan bank lokal untuk membantu meningkatkan likuiditas di pasar.
Menurut CNBC, beberapa orang di kota-kota Rusia sudah mengantre untuk menarik uang tunai, yang menyebabkan antrean panjang di ATM.
Latar Belakang Kunci
Kemerosotan nilai rubel mengikuti serangkaian sanksi ekonomi yang ketat dikenakan terhadap Rusia oleh Barat setelah invasi ke Ukraina. Selama akhir pekan, AS dan sekutu Eropanya menargetkan bank sentral Rusia untuk memblokirnya dari menggunakan cadangan internasionalnya. Negara-negara Barat juga memutuskan untuk menghapus beberapa bank Rusia dari SWIFT, yang memungkinkan transaksi internasional antar bank di seluruh dunia. Pada hari Minggu, Norwegia mengatakan bahwa dana kekayaan negara senilai $1,3 triliun—terbesar di dunia—akan melepaskan aset Rusia-nya. Raksasa minyak Inggris BP mengatakan akan mendivestasikan 20% sahamnya di perusahaan minyak milik negara Rusia Rosneft. Militer Rusia, yang menginvasi Ukraina pekan lalu, terus menghadapi perlawanan sengit dan sejauh ini gagal merebut kota besar mana pun.
Bacaan Lebih Lanjut
Bank sentral Rusia menggandakan lebih dari dua kali lipat suku bunga utama menjadi 20% untuk mendorong penurunan rubel (CNBC)
Rusia menaikkan suku bunga secara tajam karena sanksi membuat rubel jatuh (Financial Times )