Jejak Sejarah: Kerajaan Mataram Bercerai Berai

Jejak Sejarah: Kerajaan Mataram Bercerai Berai

Jejak Sejarah: Kerajaan Mataram Bercerai Berai

Kerajaan Mataram: Kisah Perpecahan Dua Kerajaan Besar

Di tengah kejayaan Kerajaan Mataram, terjadi sebuah peristiwa besar yang mengguncang tatanan kerajaan. Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua kerajaan besar, yaitu Kesultanan Mataram dan Kasunanan Surakarta. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “Geger Pecinan” yang terjadi pada tahun 1740-an.

Pemicu terjadinya Geger Pecinan berawal dari perebutan kekuasaan dan konflik internal dalam keluarga kerajaan Mataram. Para pangeran dan bangsawan yang tidak puas dengan kepemimpinan Sultan Amangkurat IV melakukan pemberontakan dan meminta bantuan kepada VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC yang melihat kesempatan ini, turut campur dalam konflik kerajaan Mataram dan berhasil menguasai sebagian wilayah kerajaan tersebut.

Geger Pecinan menyebabkan Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua, yaitu Kesultanan Mataram dan Kasunanan Surakarta. Kesultanan Mataram berpusat di Yogyakarta, sedangkan Kasunanan Surakarta berpusat di Surakarta. Kedua kerajaan tersebut sama-sama mengklaim sebagai pewaris sah Kerajaan Mataram dan terus menerus terlibat dalam konflik dan persaingan.

Perpecahan Kerajaan Mataram menjadi dua kerajaan besar ini berdampak besar terhadap tatanan politik, sosial, dan budaya di Jawa. Perpecahan ini melemahkan kekuasaan kerajaan Mataram dan membuka peluang bagi VOC untuk memperkuat pengaruhnya di Jawa. Selain itu, konflik antara kedua kerajaan tersebut juga menyebabkan terjadinya perang saudara yang berkepanjangan dan memakan banyak korban.

Kerajaan Mataram Terpecah Menjadi Dua: Tragedi Perebutan Tahta

Kerajaan Mataram Terpecah Menjadi Dua

Prolog: Kerajaan Mataram yang Berjaya

Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Jawa pada abad ke-16 hingga ke-18. Kerajaan ini didirikan oleh Panembahan Senopati pada tahun 1582 dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo pada abad ke-17.

Perebutan Tahta yang Menyayat Hati

Namun, selepas wafatnya Sultan Agung, Kerajaan Mataram dilanda perebutan tahta yang sengit antara para putranya. Persaingan yang penuh dengan intrik dan pengkhianatan ini akhirnya berujung pada terpecahnya kerajaan menjadi dua bagian.

Sultan Amangkurat I: Penguasa yang Berambisi

Putra sulung Sultan Agung, Raden Mas Sayidin, naik tahta dengan gelar Sultan Amangkurat I pada tahun 1646. Ia adalah seorang penguasa yang ambisius dan berusaha memperluas wilayah kekuasaan Mataram. Namun, kebijakannya yang keras dan kejam membuat rakyat semakin menderita.

Pemberontakan Trunojoyo: Api yang Membakar Mataram

Pada tahun 1674, seorang bangsawan Madura bernama Trunojoyo memimpin pemberontakan terhadap kekuasaan Sultan Amangkurat I. Pemberontakan ini mendapat dukungan dari rakyat yang sudah lama tidak tahan dengan pemerintahan yang zalim.

Tragedi Kartosuro: Jatuhnya Ibu Kota Mataram

Pada tahun 1677, pasukan Trunojoyo berhasil merebut ibu kota Mataram, Kartosuro. Sultan Amangkurat I terpaksa melarikan diri ke Tegalarum dan meninggal dalam pengasingan.

Amangkurat II: Raja Muda yang Menghadapi Tantangan

Putra Sultan Amangkurat I, Raden Mas Rahmat, naik tahta dengan gelar Sultan Amangkurat II pada tahun 1677. Ia adalah seorang raja muda yang harus menghadapi tantangan berat untuk mempersatukan kembali kerajaan yang terpecah.

Pemisahan Mataram: Dua Kerajaan Baru Muncul

Usaha Sultan Amangkurat II untuk menyatukan kembali kerajaan tidak membuahkan hasil. Pada tahun 1705, Mataram resmi terpecah menjadi dua bagian, yaitu:

  • Kesultanan Mataram Kartasura di bawah pimpinan Pakubuwono I
  • Kesultanan Mataram Surakarta di bawah pimpinan Amangkurat III

Pakubuwono I: Penguasa Kartasura yang Berjuang

Pakubuwono I adalah raja pertama Kesultanan Mataram Kartasura. Ia adalah seorang penguasa yang bijaksana dan berusaha memperbaiki keadaan kerajaan. Namun, pemerintahannya diwarnai dengan perebutan kekuasaan dan pemberontakan internal.

Amangkurat III: Raja Surakarta yang Melawan Belanda

Amangkurat III adalah raja pertama Kesultanan Mataram Surakarta. Ia adalah seorang raja yang kuat dan berusaha melawan penjajah Belanda. Namun, ia akhirnya harus mengakui kekuasaan Belanda dan menandatangani Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

Akhir Sebuah Era: Mataram yang Terpecah

Perpecahan Kerajaan Mataram menjadi dua bagian menjadi titik awal kemunduran kerajaan ini. Kedua kerajaan tersebut terus menerus dilanda pemberontakan dan perebutan kekuasaan. Hingga akhirnya, keduanya runtuh pada abad ke-19.

Epilog: Warisan Kerajaan Mataram

Meskipun telah runtuh, Kerajaan Mataram meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang kaya. Kerajaan ini telah menjadi salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Jawa dan telah memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQs)

  1. Mengapa Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua?

Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua karena perebutan tahta yang sengit antara para putra Sultan Agung Hanyokrokusumo.

  1. Siapa yang memimpin Kesultanan Mataram Kartasura?

Kesultanan Mataram Kartasura dipimpin oleh Pakubuwono I.

  1. Siapa yang memimpin Kesultanan Mataram Surakarta?

Kesultanan Mataram Surakarta dipimpin oleh Amangkurat III.

Mengapa Kerajaan Mataram Terpecah Menjadi Dua?

  1. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram?

Kerajaan Mataram runtuh karena perpecahan internal, pemberontakan, dan tekanan dari penjajah Belanda.

  1. Apa warisan yang ditinggalkan oleh Kerajaan Mataram?

Kerajaan Mataram meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang kaya, serta telah memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah Indonesia.

.